Senin, 24 Oktober 2011

Katakanlah INI WAKTUku !


Setiap orang punya waktu yang sama yaitu 24 jam,  yang membedakannya adalah bagaimana cara mereka memperlakukkan waktu,. Setidak nya itu kalimat yang baru saya baca pada sebuah buku di took buku sore ini. Sebuah buku yang kembali mengingatkan saya tentang sangat penting nya mengelola waktu dengan sebaik mungkin dan setepat mungkin. Tanpa sadar saya teringat pelajaran-pelajaran yang lalu dari berbagai manusia dan dari berbagai buku, bahwa waktu 1 hari itu bisa sangat berarti dan bermanfaat dan 1 hari juga bisa sebaliknya, bisa terlewatkan saja sia-sia tanpa ada hasilnya sama sekali atau lebih buruk malah menambah keburukan pada diri kita dan orang lain.
Waktu memang sesuatu yang terus berjalan, tanpa bisa di hentikan. Dia tidak akan menunggu siapapun, sekaya atau sehebat apapun ia. Waktu memang bisa menjadi hal yang sangat berharga jika ada di tanggan manusia yang bisa bersahabat dengan nya, namun sebaliknya waktu bisa menjadi musuh bagi manusia yang tidak bersahabat dengannya.
Satu hal lagi yang menarik dari buku tersebut , katanya, saat kita mengatakan TIDAK ADA WAKTU untuk hal yang sebenarnya kita ingin lakukkan, itu bisa di pastikan bahwa kita tidak berjalan pada jalur tujuan kita. Dengan arti kata lain, jika sampai saat ini kita masih mengatakan TIDAK ADA WAKTU untuk hal yang kita ingin lakukkan, lalu untuk apa kita berada di jalur yang tidak akan membawa kita ketempat tujuan kita.



Jumat, 02 September 2011

Nenek dan Kakek Penyapu taman

Dunia ini memang penuh Pertanyaan akan tetapi jawabannya juga tersebar dimana-mana. Jika kita menggunakan renungan sedikit saja, kita sudah dapat menjawab dengan perlahan segala pertanyaan dalam hidup ini, hanya saja satu kunci yg tdk boleh di tinggalkan adalah, DOA. minta petunjuk padaNya. karena hanya dengan izin Nya kita bisa menemukan jawaban itu. 
Dunia penuh hikmah dan pelajaran, itulah yang selalu aku ingat baik-baik. hingga di manapun aku berada, aku berusaha mencari Ilmu di balik itu semua. ini lah salah satu contoh nya:
saat kantor ku pindah lokasi, hampir setiap pagi aku brtemu seorang nenek, yang bekerja menyapu halaman depan kantor dan tepian lapangan bola di depan gedung kantor. terlintas dalam pikiranku "hebat sekali nenek ini pagi-pagi sudah ada di sini dan menyapu halaman, semangat sekali beliau. pasti usianya sudah lebih dari 60 th. waah aku ngak boleh kalah.." , dan mulai saat itu setelah ketemu beliau pagi2 sedang menyapu semangatku untuk kerja naik 2x lipat. subahanallah.
Berkali-kali aku ketemu beliau dan ternyata bersama teman-teman manula nya yang lain, ada kakek ada nenek yang lain juga.
Namun, situasi lain pun hadir di depan mataku, saat dalam perjalanan pulang ke rumah, di bulan Ramadhan juga, aku melihat beberapa orang berpakaian seronok berdiri di pinggir jalan yang gelap. dalam hatiku "masya allah, beda sekali dengan nenek dan kakek di sana, anda saja orang2 di pinggir jalan itu tau. betapa kakek nenek yg sudah tidak full lagi energinya masih mengoptimalkan diri mendapatkan uang halal. tp kenapa mereka yang energi masih full dan masih muda, malah putus asa mencari uang yang halal??? kenapa??"

sunggu tanda tanya yang tdk bisa ku jawab kecuali kutanyakan pada mereka langsung..
wallahualam

Jumat, 24 Juni 2011

Ibadahmu untuk Allah dan Kebaikanmu

sangat wajar jika kita nyaman dan senang pada komunitas tertentu, apa lagi jika komunitas itu, komunitas islami. serasa di syurga rasanya. siapa yang tidak senang punya teman sholeh/ah, lingkungan yang mengingatkan kita pada kebaikan, lingkungan yang sangat kondusif. bayangkan yang sebelumnya kita malas sholat wajib, dalam komunitas itu secara tidak langsung kita di dorong untuk rajin sholat tepat waktu. sebelumnya kita tidak suka baca buku, suka tidak suka kita di dorong untuk membaca buku, sebelumnya kita males berorganisasi kita di dorong untuk memegang amanah, sebelumnya kita kasar bicara dengan orang tua kita di dorong untuk selalu doakan orang tua setelah sholat dan banyak hal baik yang di dapat di komunitas itu.
namun dalam komunitas manapun pasti ada rasa jenuh. ternyata dalam komunitas baik seperti di ataspun bisa ada rasa jenuh. dan dalam komunitas manapun pasti ada yang merasa kecewa/ tdk sepakat termasuk komunitas di atas. ya..itu semua hanya komunitas,yang isi nya manusia.hanya komunitas manusia yang ingin menjadi baik, jadi di buatlah sistem yang baik. manusia sebagai inputnya bisa dengan beragam latar belakang tapi karena sistemnya sama baiknya, berharap outputnya baik, kalaupun ada beda persentasinya kecil. namun, dalam sebuah sistem pasti ada saja gagal nya. pastinya kita berharap gagalnya tdk banyak.
namun sayangnya, gagal yang 1 ternyata mempengaruhi kualitas inputan yg lainnya, itulah kita.
saat melihat outputan ada yg gagal, rasa kecewa hinggap dalam hati kita. ya..silahkan kecewa, tapi pernahkah kita berfikir, kita kecewa pada siapa? kecewa pada sistem yang kita tau sistem itu baik, atau kecewa pada individu yg kita juga sadar individu itu cuma manusia?
jangan bertindak gegabah kawan, karena rasa kecewa yang tidak rasional yang awalnya kita sangat rajin sholat jamaah, kita jadi sholat sendiri, karena rasa kecewa yang tidak rasional itu, yang awalnya kita rajin ngaji kita jadi tidak mengaji, yang awalnya kita menjaga sekali aurat diri, sekarang di perlihatkan ke khalayak umum.
jangan bertindak tergesa-gesa kawan, karena rasa kecewa yang tidak rasional, keluar dari komunitas jangan berfikir bebas. hingga tanpa sadar kita senang dengan terbebas dari dorongan tilawah 1 juz perhari, bebas dari dorongan sholat tepat waktu, bebas dari dorongan mengikuti kajian rutin dan banyak kebaikan lainnya.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar – benar berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr : 1 - 3)

Senin, 16 Mei 2011

Pemuda Pancasila

Jumat, 13 Mei 2011

Banyak Sekolah Yang Belum Menyerahkan Nilai Sekolahnya !!!

Sedikitnya 11.443 siswa sekolah menengah atas atau sekitar 0,78 persen dinyatakan tidak lulus Ujian Nasional 2011. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu yang persentase ketidaklulusannya mencapai 0,96 persen. Dari data Kementerian Pendidikan Nasional, jumlah tersebut dihitung dari semua siswa yang mendaftar UN, yaitu 1.476.575 siswa.
Ada 9.517 sekolah yang tidak memberikan data ujar Mohammad Nuh.
Namun, dalam perjalanannya, ada sekolah yang tidak memasukkan nilai sekolah atau rapor. Hal itu mengakibatkan ribuan siswa terpaksa kehilangan 40 persen nilai kelulusannya.
"Yang memasukkan nilai itu sebanyak 1.467.058 atau 99,36 persen atau ada 9.517 yang tidak memberikan data," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam jumpa pers kepada wartawan, Jumat (13/5/2011) sore di Jakarta.
Sementara itu, siswa yang tidak ikut UN ada sekitar 5.117 atau 0,35 persen. Setelah melalui proses evaluasi, dari 16.835 siswa SMA di seluruh Indonesia yang mengikuti UN sebanyak 1.461.941 siswa. Siswa SMA yang lulus UN tahun ini mencapai 1.450.498 siswa atau 99,22 persen.


Selasa, 03 Mei 2011

Media jurnalistik tidak ubahnya dengan penularan ideologi


Sepertinya tanpa sadar semua pihak mengakui jika media massa, media elektronik dan media online memiliki kekuatan pengaruh yang cukup kuat.  Saat-saat penting media berupaya menginformasikan berita yang ada di lapangan. Ada yang menulis apa adanya, ada yang menulis ditambah dengan opini, dan banyak gaya tulisan/ sajian yang mereka sajikan ke masyarakat umum.
Agak sedikit berbeda media umum dengan media islam. Media umum akan memberitakan apa saja yang ada baik yang masih belum tantu benar ataupun yang sudah benar. Tapi jika media tersebut mengaku media islam, maka apa yang dibahas dan diberitakan selayaknya mendukung da’wah islam.

Selasa, 26 April 2011

Masih teringat dalam benakku saat pertama kali masuk ke SMA negeri masih di kotamadya yang sama dengan rumahku. Tempatnya di tersembunyi di dalam gang. Saat orientasi Mentoring agama islammenjadi hal baru untuk ku. Kami di kelompokkan menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok bisa belasan orang saat itu. Saat itu aku tidak banyak peduli, dengan jumlah mentor yang sedikit, satu orang mentor satu kelas. Kenapa mereka berpakaian begitu berbeda (red: baju gamis/terusan dan berkrudung panjang), aku tidak begitu peduli. Yang ada di benakku saat itu hanya mengikuti yang di wajibkan dari sekolah.
Entah mengapa aku selalu ingin hadir dalam kegiatan itu. Seperti ada udara baru dalam diriku. Ya walaupun pasti ada aja beberapa waktu aku tak hadir dalam kegiatan itu.Dua tahun berlalu, dari belasan teman kelompok kami pun berkurang, menjadi hanya 4-5 orang. Setelah kami naik kelas dua beberapa pekan aku tidak hadir mentoring (entah karena saat itu jarkom sms tidak sampai pada ku atau memang tidak diadakan* lupa) tapi saat itu tiba-tiba aku ada ide untuk menghubungi mentor ku. Ku katakan padanya, “mba kapan kita mentoring lagi?”. Sepertinya saat itu aku merasa ada yang hilang dalam diriku (mungkin karena saat itu aku sibuk dengan karier PASKIBRA ku hehe..).  saat ada jawaban kamipun atur waktu untuk bertemu, dan aku mengajak beberapa teman sekelompokku yang sudah lama tidak kumpul. “kita mentoring yuk..” ajak ku. Saat itu jawaban mereka “ada janji”,”males”, “ngak ah..”. ya sudah, aku pergi sendiri ke tempat kami janjian, sebuah mall dekat sekolah kami. Kami makan di salah satu food court disana, “kita mentoring disi aja ya heheh” kata mentorku sambil tersenyum lebar. (*kangen jadi nya L).
Saat itu aku baru tau bahwa beberapa pekan tidak ada mentoring karena mentorku hendak pergi bekerja di Lampung. Dan ternyata itu hari terakhir aku bertemu dengannya.
“ya Allah ingin sekali aku Kau pertemukan kembali dengan mba Nella dalam keadaan yang baik..semoga Allah membalas lelah nya dalam menghadapi ke “nakalan kami”, semoga Allah mengalirkan segala kebaikan padanya karena tanpa ia sadari ilmu-ilmu yg ia berikan tertanam di otak ku dan menjadi salah satu referensi ku dalam beramal hingga saat ini.amien”

Sejak saat mentorku itu pergi, aku di tanyakan “kalau masih ingin mentoring di kelas 2 ada 2 kelompok mentoring lagi..anti mau yang mana?”. Saat itu aku bingung, tapi akhirnya aku putuskan memilih satu dari keduanya yang sebagian besar teman2 ku ada di sana J. Alhamdulillah, aku perlahan bisa menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut, dan dari sana aku mulai menimba ilmu tentang islam kembali. Dan aku mulai menyebut kegiatan tersebut dengan liqo. (teman2 ku saat itu menyebutnya seperti itu, aku ikut saja dulu hehe..*cuekdotcom)
Ujian kelulusanpun tiba, aku sama seperti teman-teman yang lain seangkatan. Cemas, panik gitu..
Tapi di liqo di ingatkan kembali tentang hakikat hidup. So, tenang lagi...walau saat selesai liqo beberapa hari puyeng lagi. Yah namanya iman naik turun. Ckckck...
Alhamdulillah aku dan semua temen kelompok liqo ku lulus.
Allahuakbar.
Kita sebelum lulus sudah merancang ingin kemana setelah SMA. Lucunya mereka mayoritas mencari kuliah yang di jakarta ya paling jauh di depok.  Tapi aku..aku... hiks hiks...aku terpental jauh sendiri di Bandung.
Betapa sedihnya aku saat itu, membayangkan hidup di kampung orang. Tidak punya saudara, tidak ada teman. Ya..karena pengumuman itu ada, aku beristikharah. Dan ini adalah jawabannya ya bismillah. Aku di temani orang tua ku pergi ke bandung, ke Kampus Hijau ku* dulu masih banyak lahan kosong nya dan ada Hutan nya juga di belakang kampus.

“ya allah doa yang sama juga ku pinta dari Mu untuk mba Titi, dan buat anak-anaknya menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah, sebagaimana ia telah menyempatkan waktunya membantu ku untuk jadi hambaMu yang baik dan seorang Anak yang Baik. amien”

Lalu, bagaimana nasib Liqo ku?






Puisi : Jejak Diri

saat pelangi di ujung senja
sungguh membuat diri tak terasa tertusuk baja
saat asa mulai bertanya
akan kah jiwa menjadi insan bertaqwa

sudah cukup angin berhembus
menggoncang pohon besar nan kokoh menjulang
bilakah nafas tak berhembus
saat anggan tanpa sadar menghilang

detik akan kah hilang ditelan menit
sepi akankah hilang terpotong parit
tidak sepertinya tidak
karena jiwa akan rindu untuk bergerak

wahai diri hendak kemana kau pergi
mencari dunia yang tak pasti
atau kembali ke kehidupan yang sejati
bernaung di bawah cahaya ilahi

oleh ratri

Kamis, 14 April 2011

Takahashi, 5 Menit Menuju ke Surga

Kuringgu… kuringgu …. kuringgu!!! (kring …kring …kring..). Suara telepon rumah Muhammad berbunyi nyaring.
Muhammad: Mosi mosi? (Hallo?)
Takahashi: Mosi mosi, Muhammad san imasuka ? (Apakah ada Muhammad?)
Muhammad: Haik, watashi ha Muhammad des. (Iya saya).
Takahashi: Watashi ha isuramu kyo wo benkyou sitai desuga, osiete moraemasenka? (Saya ingin belajar agama Islam, dapatkah Anda mengajarkan kepada saya?)
Muhammad: Hai, mochiron. (ya, sudah tentu.)
Percakapan pendek ini kemudian berlanjut menjadi pertemuan rutin yang dijadwalkan oleh dua manusia ini untuk belajar dan mengajar agama Islam.
Setelah beberapa bulan bersyahadat, Takahashi kian akrab dengan keluarga Muhammad. Dia mulai menghindari makanan haram menurut hukum Islam.
Memilih dengan hati-hati dan baik, mana yang boleh di makan dan mana yang tidak boleh dimakan merupakan kelebihannya. Terkadang tidak sedikit, keluarga Muhammad pun mendapatkan informasi makanan-makanan yang halal dan haram dari Takahashi.
Pizza wo tabenaide kudasai. cheese ni ra-do wo mazeterukara.. (Jangan makan pizza walau pun itu adalah cheese, karena di dalamnya ada lard, lemak babi)”, nasihatnya di suatu hari. Takahashi mengetahui informasi semacam ini karena memang kebiasaan tidak membeli pizza, atau makanan produk warung di Jepang memang sudah terpelihara sebelumnya di keluarga Muhammad.
Toko kecil makanan halal milik keluarga Muhammad, menjadi tumpuan Takahashi dalam mendapatkan daging halal. Suatu ketika Takahashi ingin makan daging ayam kesukaannya, tapi dia ngeri kalau melihat daging ayam bulat (whole) mentah yang ada di plastik, dan tidak berani untuk memotongnya. Dengan senang hati, Muhammad memotong ayam itu untuk Takahashi. Dia potong bagian pahanya, sayapnya, dan badannya menjadi beberapa bagian.
Setiap pekan, Takahashi terkadang memesan sosis halal untuk lauk, bekal makan siang di kantor. Setiap pagi ibunya selalu menyediakan menu khusus (baca: halal) untuk pergi ke kantor tempat dia bekerja. Sebagai ukuran muallaf Jepang yang dibesarkan di negeri Sakura, luar biasa kehati-hatian Takahashi dalam memilih makanan yang halal dan baik. Terkadang Muhammad harus belajar dari Takahashi tentang keimanan yang dia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pernah dalam suatu percakapan tentang suasana kerja, Takahashi menggambarkan bagaimana terkadang sulitnya menjauhi budaya minuman sake di lingkungan tempat kerjanya. Di Jepang, suasana keakraban hubungan antara atasan dan bawahan atau teman bekerja memang ditunjukkan dengan saling memberikan minuman sake ke gelas masing-masing.
Dalam kondisi hidup ber-Islam yang sulit, Takahashi ternyata terus melakukan dakwah kepada ibunya. Beberapa bulan kemudian akhirnya ibunya pun menjadi muallaf dengan nama Qonita, nama pilihan Takahashi sendiri buat ibu yang dia cintainya. Sampai saat ini, bagaimana dia mendapatkan nama itu, tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali Takahashi.
Beberapa bulan berlalu, pertemuan kecil-kecilan berlangsung …terlontar dari mulutnya suatu kalimat.
Watashi ha kekkon simasu (Saya mau menikah)….”, ujarnya.
Dengan proses yang panjang, akhirnya dia mendapatkan jodohnya, wanita Jepang yang cantik, yang dia Islamkan sebelumnya. Setahun kemudian, suatu hari Takahashi datang ke rumah Muhammad dengan istrinya yang berkerudung, ikut serta juga buah hati mereka yang telah hadir di dunia ini.
Pada suatu hari, iseng-iseng Muhammad bertanya kepada Takahashi, “Apa yang menyebabkan Takahashi lebih tertarik dengan Islam?”
“Sebenarnya saya belajar juga Kristen, Budha dan Todoku (Agama moral) selain Islam,” Takahashi menjelaskan.
“Masih ingat dengan telepon kita dulu? Waktu pertama kali aku telepon ke Muhammad beberapa bulan dulu”, sambungnya.
“Iya ingat sekali”, jawab Muhammad.
“Kita waktu itu membuat perjanjian untuk bertemu di suatu tempat bukan?”, tanya Takahashi.
“Iya benar sekali”, sambung Muhammad lagi sambil mengingat-ingat kejadian saat itu.
“Saya sungguh ingin mantap dengan Islam, karena Muhammad datang 5 menit lebih dulu dari pada waktu yang kita janjikan, dan Muhammad datang terlebih dahulu dari pada aku. Muhammad pun menungguku waktu itu”, jawab Takahashi beruntun.
“Karena itu aku yakin, aku akan bersama dengan orang-orang  yang akan memberikan kebaikan”, sambungnya lagi.
Jawaban Takahashi membuat Muhammad tertegun, Astaghfirullah sudah berapa kali menit-menitku terbuang percuma, gumam Muhammad.
Begitu besar makna waktu 5 menit saat itu untuk sebuah hidayah dari Allah SWT. Subhanallah, 5 menit selalu kita lalui dengan hal yang sama, akan tetapi 5 menit waktu itu sungguh sangat berharga sekali bagi Takahashi.
Bagaimana dengan 5 menit yang terlewat barusan, milik Anda? []






Soure : http://pk-sejahtera.nl/Tulisan Muhammad Yusuf Effendi di Dakwatuna/
sumber foto : http://yuki2509.blogspot.com

Rabu, 06 April 2011

generasi oh generasi part 2


Regenerasi memang harusnya menjadi konsep yang mendasar dalam sebuah pergerakan yang berkesinambungan. Sungguh teramat sayang dulu ada seorang Soedirman, R.A Kartini namun saat mereka gugur, tidak ada penggantinya yang langsung siap melanjutkan perjuangan mereka. Perlu proses panjang kembali untuk menghasilkan Soedirman dan Kartini yang baru kembali.

Fenomena inipun terjadi, “banyak kader, sedikit yang mengkader”. Sepertinya terbukti dengan sulitnya menemukan kelompok halaqoh di tengah puluhan bahkan ratusan kader. Menurut ustazah Dyana, “ada unsur keduanya, mutarobbi dan murrabinya. Karena penerimaan setiap mutarrobi berbeda dan cara membina murrobinya pun harus di buat beda..”. Kembali lulusan Bimbingan dan Penyiaran Islam inipun berkata, “murrobi harus mengenal mad’unya, kenapa belum mau membina..dan segera di carikan solusinya, yang merasa kurang ilmu adakan tambahan materi-materi, yang kurang PD adakan dauroh khusus calon murrobi...”.

 “Regenerasi itu suatu proses yang pahalanya terus mengalir sampai akhir hayat bahkan hidup pada dua dunia (jasad masih di bumi, jiwa sudah di alam barzah) “ , ujar dosen Agama Islam di Politeknik Telkom ini. Memang, da’wah hendaknya menjadi sesuatu yang secara estafet semakin besar,bukan sebaliknya. Ia bergulir dari generasi ke generasi. Hingga regenerasi da’wah ini menjadi suatu keniscayaan.

Bagi semua kader yang belum membina beliau berujar “...ini pahalanya terus menerus, setiap kebaikan yang kita sampaikan lalu mad’u kita lakukkan pahalanya juga kita dapatkan tanpa mengurangi pahala yang mengamalkannya...” ,dan  “ bagi yang takut kaburomaktan , karena itu kita harus sisipkan rasa harap di sini..sama-sama belajar menjadi lebih baik bersama mad’unya..”, tambah beliau. Yah, kita semua sedang belajar menjadi lebih baik dan lebih baik, hingga kita tidak boleh merasa cepat puas dengan segala amal yang kita lakukkan, karena Allah perintahkan kita fastabiqul khairat. Lakukkan amal sebanyak-banyaknya yang kecil ataupun yang besar, karena kita tidak adakan tahu amal kita yang mana yang akan membawa kita di syurgaNya. 

Wallahualam.

info: Salah satu program unggulan 2011 adalah Peningkatan kualitas dan rekruitmen 120.000 kader baru.( Dikutip dari leaflet MUKERWIL 2011 JAWA BARAT,bandung 26-27 maret 2011)

Oleh ratri_dewi (25)


Selasa, 05 April 2011

media oh media

Media Oh media sungguh luar biasa. Tak bisa dipungkiri televisi telah menjadi bahan primer untuk mayoritas masyarakat, khusus nya di Indonesia. Hingga istilah baru tanpa sadar muncul, "makan gak makan asal nonton TV". sangat tidak asing untuk kita jika ada seorang ibu yang sibuk ngobrol dengan tetangganya....

MAINKAN PERANMU UNTUK GENERASI SEKARANG JUGA !

Tak bisa di pungkiri bahwa pembentukan generasi mutlak di perlukan untuk setiap bangsa yang masing ingin terus bernafas, masih ngin terus berkembang , masih ingin terus maju dan produktif. Bangsa manapun butuh yang namanya Regenerasi, mustahil bangsa ini bisa berdiri kokoh 10. 20 atau 100 tahun lagi jika tidak memperhatikan kualitas dan kuantitas generasi mendatang nya. Menjadi salah satu syarat mutlah untuk sebuah bangsa melakukkan sebuah Regenerasi. Hari ini mereka anak usia 3-6 th, tapi 20 atau 30 th lagi mereka akan duduk di kursi-kursi penting di semua sudut negara ini.  Mereka yang akan menggantikan generasi tua, mereka yang akan menggantikan posisi Megawati, Amien Rais, Hidayat nur wahid, SBY, luhut, para wakil rakyat kita di DPR/MPR, pimpinan BI dan semua sisi penting bangsa ini.
Mereka yang akan menjadi tumpuan ratusan juta jiwa di negeri katulistiwa ini. Mereka yang akan membuat kebijakan politik, sosial, budaya, pertahanan/kemanan.  Mereka yang akan  bertanggung jawab untuk mempertahankan rangkaian pulau indonesia. Mereka yang akan membuat indonesia harum di mata dunia, mereka yang akan menjadi pewaris ilmu para Ulama. Mereka yang sekarang kita lihat berusia kurang dari 6 th.
Ibu, ayah, kakak, tante, oma, opa, dan sahabat. Sungguh tak bisa di bayangkan jika asupan gizi mereka kurang, asupan ruhiyah mereka tipis/hampir tidak ada. Tidak bisa di bayangkan apa yang akan terjadi 10. 20,atau 30 th lagi, jika lingkungan mereka mengkerdilkan potensi positif mereka dengan memupuk potensi negatif mereka dengan tujuan duniawi lingkungan.
Mungkin sudah waktunya bangsa ini tidak meremehkan sistem REGENERASI, dengan membentuk sistem yang baik hingga outputnya pun baik. Tentunya kita sangat tidak berharap output Regenerasi 30 th lagi adalah orang-orang yang lemah, lemah fisik (akal & tubuh) dan lemah Iman. Nauzubillah.
Oleh ratri_dewi (25)

Selasa, 15 Maret 2011

lagi-lagi tentang poligami...

ini tentang Poligami...
lagi-lagi tentang poligami...
suatu saat ada seorang suami berkata pada istri nya "bu, boleh gak ayah berbuat kebaikan?"
istrinya tidak langsung menjawabnya. istrinya bertanya kembali "apa itu?"
suaminya pun menjawab "bu, ayah mau menikahi janda bosnia, boleh?"
istrinya nampak tenang, "ayah boleh menikah dengan janda, tapi boleh ibu minta sesuatu?"
suaminya pun menjawab "apa?"
sang istripun mengatakan "ayah nikahnya dengan janda-janda somalia ya? "
suami nya pun terdiam dan mengatakan "ngak jadi deh bu..."

sikap isri yang cerdas ini yang diperlukan sepertinya, membantu suami untuk meluruskan niatnya.

Rabu, 02 Maret 2011

Resume Kutipan buku ‘Untukmu Kader Da’wah’ oleh alm. Rahmat Abdullah


Kecenderungan sufi murung, sudah nampak pada zaman rasulullah saw. Namun selalu mendapat koreksi beliau, seorang mujahid terpesona oleh keindahan wahah (oase) di tengah padang pasir dengan rumpun kurma, sebongkah lahan produktif dan sumber air yang cukup untuk seumur hidup. Oh, alangkah nikmatnya bila aku tinggal disini, beribadah pada Allah dan tak perlu lagi kembali ke Madinah, sehingga aku bebas dari gangguan masyarakat atau mengganggu mereka. Rasulullah saw segera mengoreksi : “jangan lakukkan hal itu, karena kedudukan kalian di jalan Allah sehari saja, menandingi  tahun tinggal dan beribadah di sini.” (dikutip dari buku ‘Untukmu Kader Da’wah’ hal 29, oleh Rahmat Abdullah)

Fenomena yang sampai detik ini terjadi pada kalangan muslim. Kita sedikitnya pasti sering merasakan hal tersebut. Saat mencari harta begitu menggiurkan, saat hati terpaut pada keluarga begitu menyenangkan, dan obesesi dunia begitu menarik perhatian. Hingga terbesit dalam hati ”cukuplah beribadah dengan sholat, zakat, sedekah, haji, membuat keluarga bahagia...”. ataupun mengazamkan diri ”ingin jadi orang biasa saja...yang penting tetep sholat dan gak macem-macem”

Menyenangkan memang bermain di zona aman dan nyaman. Tapi mungkin yang perlu kita ingat tak ada satu nabipun yang bermain di zona ini.

Hari ini ribuan surat kabar, radio dan televisi dunia bekerja sama di berbagai kawasan untuk menyebarkan fasad (kerusakan). Menyedihkan nasib si miskin, yang mampu memebeli TV, tetapi tak bisa makan. Hati mereka di bunuh sebelum jazad mereka di hancurkan senjata pamungkas. Kemana ribuan kader yang hanya menggerutu tanpa berbuat apapun kecuali gerutu? Apahak masyarakat dapat berubah dengan gunjingan dari mimbar masjid? Hari ini rumah ummat kebakaran, tidakkah setiap orang patut memberi bantuan memadamkan api. Walaupun hanya dengan segelas air, dengan pulsa, perangko, dan kertas surat yang dikirimkan kepada pedagang kerusakan dan menegaskan pengingkarannya kepada ulah mereka yang sangat menyengsarakan masyarakat dengan siaran dan penerbitan fasad, sebelum mereka mengirim darah dan nyawa mereka kesana ketika usaha santun tak lagi membawa hasil? (Dikutip dari buku ‘Untukmu Kader Da’wah’ hal 30-31, oleh Rahmat Abdullah )

Sampai detik ini hal ini masih terjadi. Lalu, apakah yang kita akan wariskan pada generasi yang akan datang?

Wallahualam...

oleh ratri priyandewi

Selasa, 01 Maret 2011

Hidayah Bisa Datang dari Mana Saja. Sangatlah mungkin datang dari tempat yang tidak kau sangka-sangka.


 Bolehkan saya ceritakan suatu kisah nyata pada anda semua?. Ini tentang seorang gadis bandung. 
Ia sering sekali olah raga di sekitar sebuah kampus di ujung kota bandung. Parasnya cantik, tubuhnya pun ramping, layaknya pragawati. ia warga asli bandung. Bagi anda yang ada di kampus tersebut mungkin sering sekali melihatnya mengenakan celana pendek (teramat pendek) dan berbaju ketat pada pagi dan sore hari. Karena ia sering sekali lari bersama beberapa temannya di sana, mengitari gedung-gedung kampus itu. Sebut saja namanya Laras. Ternyata sosok Laras ini menarik perhatian seorang mahasiswi kampus tersebut. Awalnya hanya karena Laras menggunakan pakaian yang memang lebih mencolok dibanding dengan teman-temannya, ditambah parasnya yang cantik. mungkin kita sebut saja mahasiswi ini dengan nama TIA.
Tia cukup aktif dalam peran da’wah di kampusnya. Khususnya di DKM masjid kampusnya. Diam-diam Tia sering sekali memperhatikan Laras. Awalnya ia merasa ”risih” karena baru kali ini ia melihat ada wanita yang berani mengenakan celana pendek dan sering sekali melewati masjid kampusnya. Tia mencoba mencari tau siapa namanya, tinggal dimana, hingga suatu waktu Tia memiliki kesempatan untuk menyapanya. Beberapa kali pertemuan terjadi, mahasiswi ini mulai memutar otak, bagaimana caranya bisa mengajak kelompok gadis ini untuk bisa memakmurkan masjid (hal yang sulit sepertinya ya? Dan memang tidak mudah ternyata).  
            Beberapa hari berlalu, Tia memutuskan untuk mengajak mengaji di masjid. Pas sekali momen nya ,Ramadhan. Pertemuan pertama, sungguh tak pernah di duga, datang 3-4 orang. Semuanya mengenakan pakaian ketat bedanya pada saat itu mereka berkerudung. Beberapa hari berlalu, hari kedua pun tiba, ternyata yang datang hanya 2 orang. Pertemuan ke -3 subahanallah hanya satu orang yang datang. Namun beberapa menit kemudian ada seorang lagi yang datang ternyata itu Laras.
            Perlu di ketahui bahwa dari semua teman-temannya, Laraslah yang paling sering datang mengaji. Kalau pun tidak datang seringnya ia memberitahukan pada temannya kalau ia harus membantu ibu atau alasan yang lain. Teman-teman yang lain silih berganti datangnya. Di pertemuan selanjutnya Tia tidak lagi menemui Laras mengenakan celana pendek lagi. baik di pengajian ataupun di luar pengajian. Ternyata Laras memutuskan untuk mengenakan krudung. Subahanallah. Suatu kebesaran Allah terlihat jelas kembali di depan mata kita semua.
            Dan setelah melalui diskusi dengan keluarga termasuk dengan Tia, Laras memutuskan segera menikah karena setelah bulan ramadhan. Ada seorang pemuda baik-baik anak kerabat ibunya ingin melamarnya. Dasarnya Laras katakan pada Tia. ”saya gak mau seperti temen-temen yang lain teh, pergaulan bebas.”. Allahuakbar.

Saudaraku, Jika apa yang di dapatkan Laras itu adalah Hidayah islam, maka ia tidak mendapatkannya dari pesantren. Bukan dari kajian-kajian dengan ustad/ustazah yang luar biasa. Tapi ia dapat di kampus Tehnik dan hanya melalui mahasiswi tehnik biasa.
Hal ini menandakan dengan jelas, bahwa siapapun memiliki kesempatan sama untuk menjadi jembatan Hidayah bagi orang lain dengan segala kemampuan yang kita miliki. karena hidayah Hak Pribadi Allah untuk memberikannya pada yang DIA kehendaki.

Saya rasa masih sangat banyak kisah nyata kebesaranNya. andai saja ada ratusan Tia di negeri ini maka akan menjadi jalan hidayah untuk ratusan Laras juga, insya allah. Sungguh Allah turunkan pada siapa yang dia kehendaki. semoga kita juga bisa menjadi jalan hidayah Allah. amien.

”Dan seandainya Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan sebab engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari pada apa yang di jangkau matahari sejak terbit hingga terbenamnya...”
(HR Bukhari dan Muslim)

wallahualam... 

oleh Ratri priyandewi