Selasa, 15 Maret 2011

lagi-lagi tentang poligami...

ini tentang Poligami...
lagi-lagi tentang poligami...
suatu saat ada seorang suami berkata pada istri nya "bu, boleh gak ayah berbuat kebaikan?"
istrinya tidak langsung menjawabnya. istrinya bertanya kembali "apa itu?"
suaminya pun menjawab "bu, ayah mau menikahi janda bosnia, boleh?"
istrinya nampak tenang, "ayah boleh menikah dengan janda, tapi boleh ibu minta sesuatu?"
suaminya pun menjawab "apa?"
sang istripun mengatakan "ayah nikahnya dengan janda-janda somalia ya? "
suami nya pun terdiam dan mengatakan "ngak jadi deh bu..."

sikap isri yang cerdas ini yang diperlukan sepertinya, membantu suami untuk meluruskan niatnya.

Rabu, 02 Maret 2011

Resume Kutipan buku ‘Untukmu Kader Da’wah’ oleh alm. Rahmat Abdullah


Kecenderungan sufi murung, sudah nampak pada zaman rasulullah saw. Namun selalu mendapat koreksi beliau, seorang mujahid terpesona oleh keindahan wahah (oase) di tengah padang pasir dengan rumpun kurma, sebongkah lahan produktif dan sumber air yang cukup untuk seumur hidup. Oh, alangkah nikmatnya bila aku tinggal disini, beribadah pada Allah dan tak perlu lagi kembali ke Madinah, sehingga aku bebas dari gangguan masyarakat atau mengganggu mereka. Rasulullah saw segera mengoreksi : “jangan lakukkan hal itu, karena kedudukan kalian di jalan Allah sehari saja, menandingi  tahun tinggal dan beribadah di sini.” (dikutip dari buku ‘Untukmu Kader Da’wah’ hal 29, oleh Rahmat Abdullah)

Fenomena yang sampai detik ini terjadi pada kalangan muslim. Kita sedikitnya pasti sering merasakan hal tersebut. Saat mencari harta begitu menggiurkan, saat hati terpaut pada keluarga begitu menyenangkan, dan obesesi dunia begitu menarik perhatian. Hingga terbesit dalam hati ”cukuplah beribadah dengan sholat, zakat, sedekah, haji, membuat keluarga bahagia...”. ataupun mengazamkan diri ”ingin jadi orang biasa saja...yang penting tetep sholat dan gak macem-macem”

Menyenangkan memang bermain di zona aman dan nyaman. Tapi mungkin yang perlu kita ingat tak ada satu nabipun yang bermain di zona ini.

Hari ini ribuan surat kabar, radio dan televisi dunia bekerja sama di berbagai kawasan untuk menyebarkan fasad (kerusakan). Menyedihkan nasib si miskin, yang mampu memebeli TV, tetapi tak bisa makan. Hati mereka di bunuh sebelum jazad mereka di hancurkan senjata pamungkas. Kemana ribuan kader yang hanya menggerutu tanpa berbuat apapun kecuali gerutu? Apahak masyarakat dapat berubah dengan gunjingan dari mimbar masjid? Hari ini rumah ummat kebakaran, tidakkah setiap orang patut memberi bantuan memadamkan api. Walaupun hanya dengan segelas air, dengan pulsa, perangko, dan kertas surat yang dikirimkan kepada pedagang kerusakan dan menegaskan pengingkarannya kepada ulah mereka yang sangat menyengsarakan masyarakat dengan siaran dan penerbitan fasad, sebelum mereka mengirim darah dan nyawa mereka kesana ketika usaha santun tak lagi membawa hasil? (Dikutip dari buku ‘Untukmu Kader Da’wah’ hal 30-31, oleh Rahmat Abdullah )

Sampai detik ini hal ini masih terjadi. Lalu, apakah yang kita akan wariskan pada generasi yang akan datang?

Wallahualam...

oleh ratri priyandewi

Selasa, 01 Maret 2011

Hidayah Bisa Datang dari Mana Saja. Sangatlah mungkin datang dari tempat yang tidak kau sangka-sangka.


 Bolehkan saya ceritakan suatu kisah nyata pada anda semua?. Ini tentang seorang gadis bandung. 
Ia sering sekali olah raga di sekitar sebuah kampus di ujung kota bandung. Parasnya cantik, tubuhnya pun ramping, layaknya pragawati. ia warga asli bandung. Bagi anda yang ada di kampus tersebut mungkin sering sekali melihatnya mengenakan celana pendek (teramat pendek) dan berbaju ketat pada pagi dan sore hari. Karena ia sering sekali lari bersama beberapa temannya di sana, mengitari gedung-gedung kampus itu. Sebut saja namanya Laras. Ternyata sosok Laras ini menarik perhatian seorang mahasiswi kampus tersebut. Awalnya hanya karena Laras menggunakan pakaian yang memang lebih mencolok dibanding dengan teman-temannya, ditambah parasnya yang cantik. mungkin kita sebut saja mahasiswi ini dengan nama TIA.
Tia cukup aktif dalam peran da’wah di kampusnya. Khususnya di DKM masjid kampusnya. Diam-diam Tia sering sekali memperhatikan Laras. Awalnya ia merasa ”risih” karena baru kali ini ia melihat ada wanita yang berani mengenakan celana pendek dan sering sekali melewati masjid kampusnya. Tia mencoba mencari tau siapa namanya, tinggal dimana, hingga suatu waktu Tia memiliki kesempatan untuk menyapanya. Beberapa kali pertemuan terjadi, mahasiswi ini mulai memutar otak, bagaimana caranya bisa mengajak kelompok gadis ini untuk bisa memakmurkan masjid (hal yang sulit sepertinya ya? Dan memang tidak mudah ternyata).  
            Beberapa hari berlalu, Tia memutuskan untuk mengajak mengaji di masjid. Pas sekali momen nya ,Ramadhan. Pertemuan pertama, sungguh tak pernah di duga, datang 3-4 orang. Semuanya mengenakan pakaian ketat bedanya pada saat itu mereka berkerudung. Beberapa hari berlalu, hari kedua pun tiba, ternyata yang datang hanya 2 orang. Pertemuan ke -3 subahanallah hanya satu orang yang datang. Namun beberapa menit kemudian ada seorang lagi yang datang ternyata itu Laras.
            Perlu di ketahui bahwa dari semua teman-temannya, Laraslah yang paling sering datang mengaji. Kalau pun tidak datang seringnya ia memberitahukan pada temannya kalau ia harus membantu ibu atau alasan yang lain. Teman-teman yang lain silih berganti datangnya. Di pertemuan selanjutnya Tia tidak lagi menemui Laras mengenakan celana pendek lagi. baik di pengajian ataupun di luar pengajian. Ternyata Laras memutuskan untuk mengenakan krudung. Subahanallah. Suatu kebesaran Allah terlihat jelas kembali di depan mata kita semua.
            Dan setelah melalui diskusi dengan keluarga termasuk dengan Tia, Laras memutuskan segera menikah karena setelah bulan ramadhan. Ada seorang pemuda baik-baik anak kerabat ibunya ingin melamarnya. Dasarnya Laras katakan pada Tia. ”saya gak mau seperti temen-temen yang lain teh, pergaulan bebas.”. Allahuakbar.

Saudaraku, Jika apa yang di dapatkan Laras itu adalah Hidayah islam, maka ia tidak mendapatkannya dari pesantren. Bukan dari kajian-kajian dengan ustad/ustazah yang luar biasa. Tapi ia dapat di kampus Tehnik dan hanya melalui mahasiswi tehnik biasa.
Hal ini menandakan dengan jelas, bahwa siapapun memiliki kesempatan sama untuk menjadi jembatan Hidayah bagi orang lain dengan segala kemampuan yang kita miliki. karena hidayah Hak Pribadi Allah untuk memberikannya pada yang DIA kehendaki.

Saya rasa masih sangat banyak kisah nyata kebesaranNya. andai saja ada ratusan Tia di negeri ini maka akan menjadi jalan hidayah untuk ratusan Laras juga, insya allah. Sungguh Allah turunkan pada siapa yang dia kehendaki. semoga kita juga bisa menjadi jalan hidayah Allah. amien.

”Dan seandainya Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan sebab engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari pada apa yang di jangkau matahari sejak terbit hingga terbenamnya...”
(HR Bukhari dan Muslim)

wallahualam... 

oleh Ratri priyandewi