Rabu, 05 Maret 2008

muslim prancis

Muslim Prancis dengan 'Islam sejuk'

Oleh Robert PigottWartawan masalah agama, BBC News


Musik rap Medine bertujuan mendakwahkan Islam kepada masyarakat Prancis
Saya bertemu Medine di kota pinggir pantai Le Havre, di kawasan luar kota Prancis yang terkenal dengan keangkerannya.
Medine berada di sini --memakai jaket bertutup kepala untuk menangkis angin dingin. Dia berlatih di ruang tari balai kota setempat.
Ia dibesarkan di satu menara apartemen yang membayangi tempat itu, dan pernah menjadi anak muda Muslim yang kecewa, yang mengatakan kepada masyarakat Prancis tentang kemerosotan moral mereka. Nama Medine diambil dari nama kota Madinah.
Sekarang semua CD-nya dan juga pertunjukan langsung mengirimkan pesan yang berbeda --yaitu tawaran baru, dan ikut serta secara penuh dalam masyarakat sekuler, dan kesedian untuk bertarung merebut sukses di tengah pasar bebas dan demokrasi liberal.
Nilai-nilai bersama
Medine --yang musik rapnya lebih menarik dari kemarahan-- juga merupakan bagian dari perubahan generasi.
Dengan badan tegap, bercambang dan berjanggut, Medine melaksanakan sholat lima waktu dan patuh pada aturan hidup sebagai seorang Muslim yang bersih.
Musiknya rap-nya bertujuan untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat Prancis. Tetapi dia tidak menekankan Islam sebagai dogma agama, melainkan menonjolkan apa yang ia sebut prinsip-prinsip universal yang juga ada di tengah masyarakat Barat.
"Saya kira di semua agama sekarang ini ada nilai-nilai kemanusiaan yang sama," kata Medine.
"Saya kita 'berbagi' bukan hanya ada di Islam, 'kedermawanan' hanya ada di Katholik, atau 'kasih' hanya ada di Yudaisme
"Saya memutuskan untuk berbicara tentang beberapa nilai saya di dalam album saya, tetapi tidak bermaksud mengatakan bahwa agama saya adalah yang terbaik, atau mau mengatakan 'mari masuk agamaku'. Sama sekali tidak."
Memasarkan Islam
Persaingan ekonomi dan keberhasilan artistik adalah ciri-ciri elit baru Muslim.
Kantor Medine di flat lantai dasar di gedung bertingkat lainnya dilengkapi dengan komputer dan penuh dengan barang-barang dagangan, terutama pakaian.
Mereka berusaha mendakwahkan jatidiri Islam --tetapi juga etika kebersamaan, amal, saling bertanggung jawab
Amel Boubekeur dari Fakultas Studi Sosial di Paris menyebut gerakan itu sebagai "Islam sejuk".
Ia mengatakan, gerakan ini menyatukan bisnis dan pertunjukan untuk mempromosikan Islam, namun sesuai dengan watak masyarakat Prancis.
Mencari uang sekarang ini menjadi ciri penting kesuksesan generasi yang para orang tuanya tidak menyenangi kekayaan.
Tetapi bisnis dan pertunjukan mereka, baik itu rap, lagu, teater, televisi atau lawak, juga mendakwahkan akhlak Islam.
"Mereka berusaha mendakwahkan jatidiri Islam --tetapi juga etika kebersamaan, amal, saling bertanggung jawab," kata Nona Boubekeur (foto di atas).
"Mereka menggunakan berbagai produk untuk memberikan sumbangsih positif bagi masyarakat."
Nn Boubekeur mengatakan "Islam sejuk" dipimpin oleh generasi yang --tidak seperti orang tua mereka-- telah menerima bahwa mereka akan hidup di Prancis.
Pakaian Unicite mempromosikan persahabatan, amal, dan keadilan
Tetapi di tengah kemauan mereka untuk berkontribusi, ikut serta, tetap ada pergesekan dengan negara sekuler Prancis.
'Bangga sebagai Muslim'
Para pemimpin generasi baru Muslim ini ingin diakui sebagai orang Prancis dan juga Muslim.
Hal ini tentu saja tercermin pada staf Unicite --satu perusahaan Muslim yang namanya menegaskan keesaan Tuhan.
Tiga pemuda Muslim membagi-bagikan aneka produk garmen dari garasi di sebuah rumah yang terletak di pinggiran Paris.
Ada kaus oblong (T-shirt), celana pendek, dan topi yang bergambar lambang-lambang Islam, kaligrafi Arab, gambar tangan anak kecil yang bermakna salam.
Tetapi yang lebih penting adalah pesan-pesan yang tertera di situ menekan perlunya nilai-nilai, tidak hanya nilai-nilai Islam tetapi juga nilai apa saja, di tengah masyarakat yang semakin tidak bertuhan.
"Nilai-nilai yang ingin kami tunjukkan itu berasal dari Islam. Nilai kemanusiaan yang bisa dikenali oleh seorang Muslim atau non-Muslim," kata direktur perusahaan, Thierry Roseau.
"Nilai-nilai seperti persahabatan, memberi, keadilan, dan sebagainya. Jadi, yang kami inginkan adalah agar warga Muslim tidak lagi bersumbunyi tetapi harus bangga."
Sebagian pemuka Islam di Prancis melihat bahwa Islam harus mampu berkembang di tengah kultur Barat.
Itu tidak berarti meninggalkan iman atau melepaskan jatidiri sebagai Muslim.
Orang-orang seperti Imam Tariq Oubrou dan Medine menekankan bahwa seradikal apa pun penerimaan Islam atas kebudayaan kontemporer, inti keiman Islam tidak akan pernah bisa dikompromikan.

Tidak ada komentar: